Pelajaran 5 *26 Jan. - 1 Febr. 2013

Penciptaan dan Moralitas


Sabat Petang


BACA UNTUK PELAJARAN PEKAN INI: Kej. 2:16, 17; Kej. 1:26-28; Yak. 3:9; Kis. 17:26; Ams. 14:31; Mat. 5:44-48; Why. 20:11-13.

AYAT HAFALAN: "Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia:  'Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati'" (Kejadian 2:16, 17).

Orang senang berbicara tentang "hak asasi manusia."  Dari Magna Carta (1215) sampai dengan Deklarasi Perancis tentang hak Asasi Manusia dan Warga Negara (1789) hingga berbagai deklarasi PBB, gagasan dikemukakan bahwa manusia memiliki "hak asasi" tertentu, hak yang tak seorang pun berhak mengambilnya dari kita.  Hak-hak tersebut adalah milik kita karena kita manusia (setidaknya begitulah teori itu).
  Pertanyaannya adalah: Apakah hak-hak tersebut? Bagaimanakah kita menentukan hak-hak itu? Dapatkah hak ini berubah, dan jika ya, bagaimana? Mengapa kita, sebagai manusia, harus memiliki hak-hak tersebut?
   Di beberapa negara, misalnya, perempuan tidak diberi "hak" untuk memilih hingga abad kedua puluh (beberapa negara masih menolaknya).  Walau demikian, bagaimanakah pemerintah dapat memberikan kepada masyarakat sesuatu yang merupakan "hak asasi" mereka?
   Pertanyaan yang sulit, dan jawabannya tak dapat dipisahkan dari pertanyaan tentang asal-usul manusia, kajian untuk pelajaran pekan ini.

*Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 2 Februari.


Minggu  27 Januari

KETERGANTUNGAN KITA PADA SANG PENCIPTA

   Kejadian 2:7 menggambarkan Allah menciptakan Adam secara individu, dan menjadikan dia makhluk moral yang cerdas bukan seperti binatang.  Ayat itu tidak mengatakannya, tetapi orang bisa membayangkan Allah menggunakan tangan-Nya untuk membentuk debu ke dalam bentuk dan ukuran yang dimaksudkan. Orang mungkin berpikir bahwa Penguasa besar alam semesta tidak akan membungkuk untuk mengotorkan tangan-Nya dalam pembuatan manusia, tetapi Alkitab menyatakan Sang Pencipta itu terlibat akrab dengan ciptaan.  Alkitab mencatat banyak kesempatan ketika Allah rela berinteraksi dengan benda ciptaan.  Contohnya termasuk Keluaran 32:15, 16; Lukas 4:40, dan Yohanes 9:6.  Memang, inkarnasi Kristus kepada kemanusiaan, kepada tubuh manusia, di mana Dia dari hari ke hari berinteraksi dengan dunia ciptaan sebagaimana halnya kita, membantah gagasan bahwa Tuhan tidak akan membungkuk untuk "mengotori tangan-Nya" di antara umat manusia.

   Baca Kejadian 2:16, 17.  Apakah perintah yang Allah berikan kepada Adam?  Apakah yang tersirat dalam perintah ini?
__________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

   Kita mungkin bertanya:   Apakah hak Allah untuk membuat aturan bagi Adam dan Hawa?  Bandingkan situasi ini dengan seorang anak dalam sebuah keluarga.  Orangtua anak ini menyediakan rumah dan semua kebutuhan hidup anak ini.  Mereka mencintai anak ini dan memikirkan yang terbaik baginya.  Pengalaman dan kebijaksanaan mereka yang lebih besar akan dapat menghindarkan anak ini dari banyak penderitaan jika anak ini mau menerima bimbingan mereka.  Beberapa anak menemukan bahwa petunjuk ini sulit, tetapi secara umum diakui bahwa selama anak menggantungkan kebutuhannya pada orangtua, ia wajib meneriam aturan dari orangtua.  Demikian pula, karena kita selalu menggantungkan hidup dan kebutuhan kita pada Bapa surgawi, maka pantaslah bagi kita untuk menerima bimbingan Allah.  Karena Dia adalah Allah kasih, kita dapat mempercayai-Nya untuk selalu memberikan apa yang kita butuhkan untuk kebaikan kita sendiri.

   Baca Mazmur 95:6, 7 dan Mazmur 100.  Bagaimanakah pemazmur mengungkapkan ketergantungan kita pada Allah?  Apakah kewajiban yang secara otomatis ditanggungkan pada Anda karena ketergantungan tersebut, khususnya yang berkaitan dengan cara di mana Anda memperlakukan orang lain?


Senin  28 Januari

MENURUT GAMBAR ALLAH

   Baca Kejadian 1:26-28.  Kedudukan khusus apakah yang diberikan kepada manusia, sesuatu yang tidak diberikan kepada hewan?
____________________________________________________________________________________________________________

   Apakah sebenarnya "gambar Allah" itu?  Pertanyaan ini telah menimbulkan banyak diskusi, dan pendapat bervariasi.  Tapi ayat-ayat tersebut memberikan beberapa petunjuk mengenai sifat dasar dari ide itu.  Pertama, perhatikan bahwa dibuat menurut gambar Allah itu menyiratkan bahwa kita menyerupai Tuhan dalam beberapa hal tertentu.  Salah satu aspek penting dari gambar Allah adalah bahwa Allah memberikan kepada manusia kekuasaan atas makhluk lainnya.  Karena Allah berdaulat atas semua, sehingga Ia telah menetapkan untuk manusia bagian dari kedaulatan dengan memberikan mereka kekuasaan atas ikan, burung, dan hewan darat.
   Perhatikan juga, bahwa Allah bertujuan untuk menjadikan manusia menurut gambar "kita"---yaitu, suatu gambaran yang mencakup pluralitas Keallahan.  Lalu Ia membuat manusia laki-laki dan perempuan.  Gambar Allah tidak sepenuhnya terungkap dalam seorang individu tetapi dalam hubungan.  Sebagaimana Keallahan terwujud dalam tiga Pribadi dalam hubungan, demikian juga gambar Allah pada manusia dinyatakan dalam hubungan pria dan wanita.  Kemampuan untuk membentuk hubungan adalah bagian dari gambar Allah.  Tentu saja hubungan berarti tanggung jawab dan pertanggungjawaban, yang berarti moralitas.  Oleh karena itu, di sini kita diberi petunjuk kuat bagaimana moralitas menemukan dasar dalam kisah penciptaan.

   Baca Kejadian 9:6 dan Yakobus 3:9.  Bagaimanakah gagasan bahwa manusia dijadikan menurut "gambar Allah" jelas terkait dengan konsep moralitas?
____________________________________________________________________________________________________________

   Manusia telah bergumul selama ribuan tahun dengan pertanyaan tentang moralitas.  Bahkan sebelum orang masuk ke dalam jenis moralitas yang benar, keseluruhan gagasan moralitas itu sendiri menimbulkan sejumlah persoalan mendalam.  Mengapa manusia, berbeda dengan kumbang, kutu, bahkan simpanse, memiliki kesadaran moral, suatu konsep yang membedakan antara benar dan salah?  Bagaimanakah makhluk-makhluk, yang terbuat dari materi tak bermoral (partikel kecil pembentuk atom, partikel tak berukuran, elektron, dan sebagainya) menyadari konsep moral?  Jawabannya dapat ditemukan di pasal-pasal awal Alkitab, yang mengungkapkan manusia sebagai makhluk moral yang diciptakan "menurut gambar Allah."


Selasa  29 Januari

BERASAL DARI SATU DARAH

   Dalam Kejadian 2:23, Adam diberi tugas memberi nama kepada istrinya, yang dinamainya Hawa.  Kata ini berkaitan dengan kata kerja Ibrani hayah, yang berarti "hidup" (Orang Yahudi kadang-kadang menggunakan ekspresi terkait lehayim, "hidup!").  Kata Ibrani untuk "Hawa" (Havah) dapat diterjemahkan sebgai pemberi hidup.  Nama Hawa menggambarkan fakta bahwa dia adalah nenek moyang semua manusia.  Kita semua adalah satu keluarga dalam arti yang paling harfiah.

   Baca Kisah 17:26.  Bagaimanakah Paulus menghubungkan persaudaraan seluruh umat manusia kepada penciptaan?  Bandingkan dengan Mat. 23:9.

   Kita menjadi satu karena kita semua keturunan dari seorang wanita, Hawa, dan dari seorang pria, Adam.  Dan Allah adalah Bapa kita semua.  Fakta ini adalah dasar dari kesetaraan manusia.  Pikirkan betapa berbedanya hubungan manusia jika semua orang menghargai kebenaran penting ini.  Jika kita pernah memerlukan bukti tentang seberapa jauh kita jatuh, dari betapa jahatnya dosa telah menghancurkan kita, bukti itu dapat kita peroleh dalam kenyataan yang menyedihkan bahwa manusia sering memperlakukan satu sama lain lebih buruk daripada beberapa orang memperlakukan hewan.

   Baca Amsal 14:31 dan 22:2.  Bagaimanakah ayat-ayat ini membantu kita untuk memahami hubungan antara moralitas dan fakta bahwa kita diciptakan oleh Allah?

   Banyak faktor yang telah memisahkan umat manusia: politik, nasional, etnis, dan ekonomi.  Tentu saja faktor ekonomi, merupakan salah satu yang paling mempengaruhi (meskipun tidak pernah samapai ke tingkat yang diharapkan Karl Marx: para pekerja dunia tak pernah bersatu, malahan mereka berperang satu sama lain berdasarkan kebangsaan mereka).  Dewasa ini, seperti biasa, orang miskin dan orang kaya sering memandang satu sama lain dengan kecurigaan dan penghinaan.   Betapa sering sentimen ini telah menyebabkan kekerasan, bahkan perang.  Penyebab kemiskinan dan solusi untuk itu masih terus membingungkan kita ( lihat Mat. 26:11).  Tetapi satu hal yang pasti dari Firman Allah: kaya atau miskin, kita semua pantas mendapatkan martabat yang adalah milik kita berdasarkan asal-usul kita.

   Bertahun-tahun yang lalu, setelah Darwinisme menjadi idola, beberapa orang membenarkan eksploitasi orang miskin oleh orang kaya dengan alasan "Darwinisme sosial," gagasan yang mengatakan bahwa, oleh karena di alam ini, yang kuata menguasai dan menekan yang lemah, mengapa prinsip yang sama tidak diterapkan di bidang ekonomi?  Bagaimanakah contoh lain tentang pengertian yang benar mengenai asal-usul ini sangat penting untuk memahami moralitas?


Rabu  30 Januari

KARAKTER PENCIPTA KITA

   Allah menciptakan kita menurut gambar-Nya, yang antara lain berarti bahwa Dia bermaksud agar kita serupa dengan Dia dalam karakter.  Artinya, kita harus menjadi seperti Dia, sedapat mungkin secara manusia (perhatiakn, untuk menjadi seperti Allah tidaklah sama dengan bercita-cita menjadi Allah, ini amat berbeda).  Agar kita menjadi seperti Allah, dalam arti bahwa kita memantulkan karakter-Nya, kita harus memiliki pemahaman yang tepat tentang apa karakter itu.

   Baca Matius 10:44-48.  Apakah yang diungkapkan ayat-ayat ini yang tidak hanya tentang karakter Allah tetapi juga tentang bagaimana kita harus memantulkan karakter-Nya dalam hidup kita sendiri?
____________________________________________________________________________________________________________

   Baca Lukas 10:29-37. Sekali lagi, apakah yang diungkapkan ayat ini tentang karakter Allah dan bagaimanakah hal itu harus tercermin dalam kemanusiaan?  Lihat juga Flp. 2:1-8.
____________________________________________________________________________________________________________

   Cerita yang Yesus ceritakan melibatkan dua orang yang berasal dari dua kelompok berbeda, yang saling bermusuhan satu sama lain.  Tetapi Yesus menunjukkan bahwa mereka itu bersaudara.  Masing-masing berada dalam lingkungan tanggung jawab sesamanya, dan Allah senang bila mereka mengesampingkan perbedaan mereka dan memperlakukan sesamanya dengan kebaikan dan kasih sayang.
   Sungguh perbedaan terlihat antara prinsip-prinsip kerajaan Allah dan prinsip-prinsip pemerintahan Setan.  Allah memanggil yang kuat untuk memelihara yang lemah, sedangkan prinsip Setan menyerukan agar yang lemah disingkirkan oleh yang kuat.  Allah menciptakan dunia dengan hubungan yang damai, tetapi Setan telah menyimpangkannya secara menyeluruh sehingga banyak yang menganggap kelangsungan hidup dari yang terkuat sebagai standar normal perilaku.  Jika proses kejam dari seleksi alam (di mana yang kuat mengalahkan yang lemah) adalah cara di mana kita menjadi ada, mengapa kita harus berbeda?  Jika kita menerima pandangan ini, apakah kita tidak mengikuti Allah dan perintah-perintah alam sebagaimana yang Dia tetapkan, ketika kita mendahulukan kepentingan kita sendiri dengan mengorbankan yang kurang "terseleksi secara alam?"

   Apakah cara-cara lain di mana Anda dapat melihat bagaimana pemahaman tentang asal-usul kita dapat mempengaruhi konsep moral kita?


Kamis  31 Januari

MORALITAS DAN PERTANGGUNGJAWABAN

   Dalam pelajaran sebelumnya, kita membahas tentang khotbah Paulus kepada orang-orang di Athena (Kis. 17:16-31).  Ikuti alur penalaran yang ia gunakan, jangan hanya perhatikan di mana ia mulai tapi perhatikan juga di mana ia berakhir.  Apakah yang sangat penting tentang kesimpulan yang ia ambil, khususnya mengenai pertanyaan tentang asal-usul dan moralitas?
________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

   Khotbah Paulus kepada orang-orang Athena mulai dengan penciptaan dan berakhir dengan penghakiman.  Menurut Paulus, Allah yang menciptakan dunia dan segala isinya telah menentukan suatu hari di mana Dia akan menghakimi dunia.  Dikaruniai dengan moralitas itu juga termasuk pertanggungjawaban, dan kita masing-masing akan bertanggung jawab atas tindakan dan kata-kata kita (lihat Pkh. 12:14 dan Mat. 12:36, 37).

   Baca Wahyu 20:11-13 dan Matius 25:31-40.  Apakah yang diajarkan dengan jelas dalam ayat ini yang secara langsung terkait dengan moralitas?
________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

   Setiap orang yang pernah hidup akan bertemu bersama-sama di hadapan Allah untuk menghadapi penghakiman.  Perbedaan antara kedua kelompok dalam perumpamaan Yesus adalah perihal bagaimana tiap-tiap orang memperlakukan orang-orang yang berkekurangan.  Pencipta menaruh perhatian pada cara makhluk ciptaan-Nya memperlakukan satu sama lain, terutama orang-orang lemah yang membutuhkan pertolongan.  Tidak ada tempat di surga bagi prinsip seleksi alam, itu bertentangan dengan tabiat Allah yaitu damai sejahtera.
   Jika Alkitab mengajarkan sesuatu, itu adalah bahwa keadilan yang sangat kurang dalam dunia ini  suatu hari akan dihukum oleh Allah sendiri.  Lebih daripada itu, seluruh ide tentang penghakiman mencakup suatu tatanan moral: mengapa Allah menghakimi, apalagi menghukum, jika tidak ada standar moral yang orang bisa pegang?

   Pikirkanlah realitas dan kepastian penghakiman.  Lalu mengapa, Injil dan janji keselamatan dalam Kristus itu sangat penting agar kita memiliki jaminan dalam penghakiman itu?


Jumat  1 Februari

PENDALAMAN: Menurut Alkitab, Adam adalah manusia pertama dan diciptakan secara khusus oleh Allah dari debu.  Pemahaman kita tentang asal-usul moralitas ditemukan pada asal-usul Adam.  Maka, konsep Alkitab tentang moralitas, tidak dapat dipisahkan dari konsep Alkitabiah tentang asal-usul.
   Mengakui Adam sebagai manusia pertama juga menyangkal kemungkinan bahwa fosil apa pun juga leluhurnya adalah Adam atau manusia lainnya.  Lalu dari manakah fosil-fosil ini datang?  Ada beberapa kemungkinan.
   Pertama, fosil mirip manusia mungkin terbentuk dari manusia dengan kecerdasan normal tetapi dengan pola pertumbuhan tidak seperti manusia masa kini.  Kemungkinan kedua adalah bahwa fosil-fosil itu mungkin telah merosot, karena gaya hidup mereka sendiri atau tekanan lingkungan atau faktor lainnya.  Kemungkinan ketiga adalah bahwa fosil-fosil itu mungkin merupakan hasil dari upaya langsung dari Setan untuk merusak ciptaan dengan cara yang kita tidak mengerti.  Kemungkinan lain adalah bahwa fosil-fosil itu bukan manusia tetapi hanya serupa dalam morfologi.  Orang berbeda mungkin lebih suka penjelasan yang berbeda tapi, karena kita tidak memiliki bukti langsung untuk menyelesaikan masalah ini, yang terbaik adalah menghindari kefanatikan dalam spekulasi-spekulasi kita.  Fosil tidak muncul dengan label yang berbunyi, "Buatan China 500 juta tahun yang lalu" atau sejenisnya.  Pemahaman kita tentang sejarah bumi yang sangat bervariasi di antara para ilmuwan, menyediakan suatu kerangka acuan di mana kita menafsirkan fosil, tetapi kita tidak memiliki bukti akan penafsiran kita.  Semua itu pada akhirnya, hanyalah interpretasi, tidak lebih.

PERTANYAAN UNTUK DIDISKUSIKAN:
1  Pikirkanlah impkikasi perihal apa artinya jika tidak ada Pencipta yang memberlakukan tatanan moral pada umat manusia.  Dari manakah konsep-konsep moral berasal?  Banyak orang yang tidak percaya pada Tuhan namun demikian berpegang teguh pada beberapa standar moral yang ketat.  Atas dasar apakah, selain Allah, seseorang dapat mengembangkan aturan moral?  Apakah beberapa skenario yang mungkin muncul bersamaan dengan itu?  Namun, apakah yang menjadi kelemahan paling pokok dari semuanya itu?

2  Bagaimanakah pandangan kita tentang penciptaan menginformasikan pendapat kita mengenai isu-isu terkini seperti eutanasia, kloning, aborsi, dan lain-lain?

3  Seorang warga setempat yang merelakan waktu untuk bertamasya di kamp konsetrasi Nazi Dachau memulai tur itu dengan membicarakan teori Charles Darwin yaitu evolusi, yang menyiratkan bahwa teori Darwinlah yang menyebabkan Dachau dan sejenisnya.  Apakah logika yang jelas dari garis penalaran itu?  Dalam hal apakah kemungkinan itu cacat?